Hanoman Pecicilan

Hanoman Pecicilan

Kamis, 21 November 2013

Alusi Au

Jawablah Aku... Jawablah Aku...


Bermacam-ragam cita-cita pada kita manusia
Berbeda-beda pula harapan pada setiap orang
Kekayaan keberhasilan kehormatan itulah yang dicari sebagian orang
Bagi sebagian orang lagi yang penting namanya masyur
 
Kalau aku sungguh lain cita-cita dan lain pula harapanku
Walau ngaco-pun tidak perlu kamu mengejek aku
Semuanya yang kusebutkan itu tiada yang kesampaian padaku
Cita-cita padaku sungguh sangat berbeda
  
Sungguh kasih sayangmu semata yang kucita-citakan
Sungguh keramahanmulah yang kunanti-nantikan
Belas-kasihmulah adik, jangan biarkan aku malu
Bagaimana perasaan hatimu, katakanlah, Jawablah Aku

Jawablah Aku... Jawablah Aku...... Jawablah Aku... Jawablah Aku... 



Gue mencintai kebudayaan Indonesia, walau itu bukan kebudayaan gue, contohnya lagu, gue suka sama lagu Batak diatas, lagu Batak Toba yang berjudul AlusiAu yang diartiin "Jawablah Aku". ternyata kalau diartiin ke Bahasa Indonesia maknanya cukup dalam juga yah.?

Senin, 11 November 2013

Backpacker Gobl*g



            Gue menyebut diri gue sebagai Backpacker Goblog. Gak kaya backpacker lainnya yang melakukan perjalanan menggunakan Carrier dan bawa perlengkapan lengkap, gue Cuma bawa ransel biasa yang gue biasa pake buat kuliah, dan perlengkapan seadanya, malahan perlengkapan yang super seadanya, jadi terkadang dalam perjalanan, gue pernah 2 hari gak ganti celanan dalem gara – gara gue bawa pesediaan celana dalem seadanya, gue juga pernah ngedadak beli celana dalem di Alfam*rt. Bukan Cuma itu sih kenapa gue menyebut diri gue Backpacker Goblog, selain Cuma bawa ransel biasa dengan tulisan INDONESIAN APPAREL, gue melakukan perjalanan cuma bermodalkan rasa cinta kepada Indonesia. Untuk tanah airku, aku akan menjagamu sampai aku mati! “Yang rese sama Indonesia, gelut jeung aing beul!!!!!!!”. Eh… Maksud gue Cuma modal tahu nama kota sama gue harus turun dimana. Selebihnya liat aja di kota nanti, karena perjalanan yang tidak direncanakan biasanya akan lebih menarik untuk dijalanin.
            Perjalanan gue mengelilingi Indonesia dimulai menjelajahi Pulau Jawa dulu, dan mulai di tahun 2013 ini gue memulai perjalanan dari kota tercinta ini, kota dimana gue lahir, gue besar, gue belajar, gue tumbuh jadi dewasa, gue alay, gue kerja, gue menemukan passion gue, gue ganteng, gue keren, gue kece, kota yang terletak diujung barat Pulau Jawa, kota yang terletak di provinsi yang gubernurnya punya muka tebal ( tebal bedaknya ), kota yang dijuluki kota industri, bukan Cikarang, tapi Kota Cilegon *tadaaaa. Gue udah janji sama Indonesia yang dulu gue benci, Indonesia yang dulu gue remehin, Indonesia yang di pimpin sama pemimpin yang penuh pencitraan, tapi sekarang gue cintai, Indonesia yang gue bela sampai mati, selama tahun 2013 gue bakalan menjelajahi Pulau Jawa dan minimalnya gue akan mendatangi 11 Kota dalam 1 tahun. Apakah gue bakalan bisa? Jawabannya tanya saja kepada Citra Scholastica, dan pasti dia jawab, Aku pasti bisa. *terus gue nyanyi dengan suara gue yang fals abis.

Nantikan karya Al Sutizna berikutnya. “Backpacker Gobl*g”

Kamis, 24 Oktober 2013

Lawan Kawan Lama



“L”KAWAN LAMA

            Siang ini di kantin sekolah salah satu SMA yang cukup bergengsi, seperti biasa aku melihat pemandangan yang tidak begitu mengasikan, sekumpulan siswa badung tengah beraksi memalak seorang siswa yang sering menjadi sasaran empuk itu. Roy, seorang siswa yang dari segi penampilan sih tidak begitu cupu atau kampungan, tapi entah kenapa Roy selalu menjadi sasaran empuk buat Ando, Danny, Wisnu, Gilang dan lainnya yang tergabung di genk siswa begundal itu. Aku hanya bisa menatap dari ujung kantin tidak bisa berbuat apa – apa, dengan badanku yang biasa aja malahan tergolong kecil ini aku gak bisa jadi sok pahlawan nolongin Roy, bukannya tolongin Roy nanti yang ada aku malah jadi sasaran mereka juga, aku hanya bisa membantu Roy setelah dia terlepas dari para preman SMA itu dengan mentraktirnya beberapa kali untuk makan siang, walau lebih sering dia menolak untuk aku traktir, dengan begitu aku dan Roy menjadi cukup dekat.

***

            8 tahun kemudian

***

            Bulan ini mulai dari media cetak sampai media masa, terutama dalam berita kriminal di penuhi dengan gambar sketsa wajah seorang buronan yang sangat sulit di tangkap oleh kepolisian, buronan ini bernama vicko, pria yang menjadi otak berbagai kejahatan besar, seperti merampok bank, bersama komplotannya, Vicko merampok dengan cara menghipnotis semua orang yang ada di bank tersebut sehingga sulit sekali untuk menangkapnya. Sebenarnya Vicko sudah berkali-kali tertangkap, namun dengan keahliannya menghipnotis dia selalu berhasil lolos sebelum dipenjara. Tak jarang Vicko hanya melakukan kejahatan kepada seseorang yang dia temui, teknik hipnotis yang terkenal darinya adalah menggunakan asap dari korek api kayu yang begitu apinya padam sang korban langsung akan menuruti perintah Vicko. Menakjubkan dan tidak masuk akal memang, tapi sudah banyak orang yang mengaku menjadi korban Vicko, uniknya lagi Vicko selalu melakukan kejahatannya itu di tempat yang ramai.

***

            Siang ini suhu di kotaku begitu panas, walau tadi pagi begitu cerah dan sejuk sehingga aku dan Ani teman kerjaku yang juga dia adalah teman SMAku dulu menyempatkan diri untuk berolahraga di salah satu joging track di kota ini. Sudah lama kita menjadi partner kerja yang kompak. Namun sudah hampir sepekan aku dan Ani di istirahatkan karena telah mengungkap kasus pembunuhan berantai yang tersangkanya adalah saudara dari sang gubernur, iya pekerjaanku dan Ani adalah pasukan khusus sebuah badan intelegent rahasia dari kepolisian, bahasa kerennya Secret Agent. Sepulang olahraga Ani mengajakku untuk melihat sebuah bangunan tua berarsitektur Hindu peninggalan zaman kolonial penjajah dulu yang berada di tengah kota namun harus sedikit masuk ke sebuah gang yang cukup sempit untuk dilalui mobil. Taksi yang aku dan Ani naiki  melaju dengan kecepatan wajar menuju bangunan tua itu, sedikit kewalahan sopir taksi itu mengendalikan mobilnya. Setelah kurang lebih 15 menit perjalanan aku dan Ani sampai di tempat tujuan, memang pada dasarnya cewek itu punya urat narsis jadi disana aku menjadi korban motoin Ani di tempat itu, setelah setengah jam aku melihat-lihat bangunan ini, lebih tepatnya aku motoin Ani di tempat ini kitapun memutuskan pulang, namun aku dan Ani baru sadar di daerah sini tidak ada taksi lewat, hanya ada angkot, itupun harus jalan sedikit ke depan komplek ini.
           
“Ni kita naik angkot aja yah pulangnya?” kataku pada Ani.

            “Iya, mau naik apa lagi” jawabnya sambil memperhatikan gadget yang depagangnya memperhatikan foto-foto hasil jepretanku tadi.

            Setelah jalan sedikit kita sampai di tempat pemberhentian angkot, tanganku sigap menyetop angkot, Ani? Dia masih sibuk sengan gadget-nya itu sambil sesekali senyum sendiri seperti orang gila. 5 menit di dalam angkot keheningan terjadi, Ani yang masih sibuk dengan gadgetnya hanya berbicara “Lucu gak?” sambil melihatkan fotonya dalam gadget kepadaku. Di dalam angkot hanya ada 4 penumpang, aku, Ani, seorang ibu – ibu dengan perhiasan sedikit mencolok di pojokan, dan seorang laki-laki umuran sekitar 29 tahunan duduk di depan ibu-ibu itu sambil memainkan korek api kayu. Belum lama angkot berjalan tak sengaja aku melihat si laki-laki itu menyalakan korek api dan mematikan apinya sehingga asap mengepul di hadapan ibu – ibu itu dan sontak ibu – ibu itu memberikan perhiasan gelangnya, aku langsung memperhatikan jeli wajah laki-laki itu, aku sedikit terkejut setelah melihat jeli wajahnya “Itu, itu Vicko si buronan ahli hipnotis itu!” Kataku dalam hati.

            “Yang ini lucu gak?” kata Ani lagi yang belum tahu kejadian apa yang aku lihat.

            “Gak!” kataku sambil dengan sigap menendang Vicko.

            Ani sudah mengenali kejadian ini, jika aku bertindak pasti ada masalah, tanpa pikir panjang Ani sigap membantuku yang terus sibuk menendangi dada Vicko ini sampai tubuhnya sedikit lemas dan dengan sigap aku mengambil tangannya dan memborgol tangannya, Ani pun tak kalah sigap dengan segera dia menutup kepala Vicko dengan kain penutup kepala yang biasa kami gunakan. Ibu – ibu hanya diam masih dipengaruhi efek hipnotis dari Vicko, angkotpun berhenti si sopir terkejut dengan  kejadian yang ada di angkotnya.

            “Bawa angkot ini ke kantor polisi!” teriakku kepada si sopir yang masih bengong. Si sopir manggut dan langsung membawa angkotnya ke kantor polisi. Tidak lupa aku melapor pada kepolisian kalau aku sedang menuju ke kantor polisi dengan membawa Vicko. Namun tiba - tiba.

            “Pak kok berhenti di tengah pasar gini sih?” tanya Ani serada membentak sopir angkot.

            “Nganu mbak ada yang…” belum selesai sopir itu menyelesaikan kalimatnya, 4 orang berseragam polisi masuk kedalam angkot mengambil Vicko.

            “Biar kita yang membawanya pak” kata salah satu orang polisi.

            Aku hanya terdiam keheranan, bagai mana bisa 4 polisi ini secepat ini tahu dalam angkot ini terdapat Vicko yang hendak aku bawa menuju kantor polisi dan ingin memindahkannya, membawa Vicko dengan mobil patroli. Tapi, tapi.

            “Gilang? Lo Ando kan? Wisnu? Danny?” 4 orang yang tidak asing untukku, mereka siswa badung di SMA dulu. “Bagaimana bisa begundal sekolah seperti mereka bisa menjadi polisi? Bukankah mereka juga pernah tertangkap menggunakan narkoba 2 tahun yang lalu?” kataku dalam hati.

            Tanpa basa – basi dan tidak menjawab pertanyaanku yang mengenali mereka, mereka langsung membawa Vicko keluar dari angkot, namun aku melihat kejanggalan berikutnya, tidak ada mobil patroli di sekitar situ. Aku pun turun dari angkot mengikuti rombongan polisi itu, Ani yang ingin mengikutiku, aku menolaknya.

            “Bawa ibu itu ke kantor polisi dengan angkot ini Ni” kataku kepada Ani. Dengan sigap Ani mengangguk mengikuti perintaku.

            Aku terus mengikuti 4 polisi yang wajahnya aku kenali tadi, tidak lama aku mengikuti, 2 orang berseragam polisi lagi datang mengganti membawa Vicko yang masih di borgol.

“Sebentar, postur badan Vicko tidak seperti itu, yang mereka bawa itu bukan Vicko!” kataku dalam hati, sontak aku melihat ke sekeliling dan aku melihat Vicko detemani Ando dan Gilang sedang  berjalan cepat kearah berlawanan dengan rombongan yang aku ikuti ini.

“Sial, mereka tau aku mengikutinya, akgh! Aku terkecoh!” sontak aku berlari mengejar Vicko yang kini sudah tidak lagi di borgol dan tidak menggunakan tutup kepala sehingga bisa leluasa berlari juga setelah mereka tau aku mengejarnya di tengah keramaian.

“Maling!” teriakku menunjuk Vicko, tujuanku supaya warga sekitar pasar itu membantu menangkap Vicko, dan spontan warga pun menangkap Vicko, stategi kampunganku berhasil juga, namun sayang, Ando dan Gilang berhasil lolos, setidaknya aku tidak akan memberikan Vicko lagi ke sembarang orang walau itu bersegaram polisi.

Setelah mendapatkan Vicko kembali dengan sigap aku mengikat tangannya dengan tambang plastik yang aku dapat dari warga pasar, serta sedikit lakban hitam untuk menutup mulutnya. Aku langsung membawa Vicko menuju kantor polisi, aku memanggil temanku di kepolisian yang aku kenal untuk menjemputku di depan pasar ini. Aku berjalan dengan penuh kewaspadaan membawa Vicko keluar dari pasar ini, belum ada 1 menit aku berjalan tiba – tiba saja “Buk!!” sebuah balok kayu menghantam punggungku, aku pun sontak langsung menendang orang yang memukulku, yang sudah pasti komplotan Vicko juga, Vicko berlari menuju sebuah lorong di pasar yang sepi, aku mengejarnya sambil menahan sakit di punggung, orang yang memukulku itu juga mengejarku yang mengejar Vicko.

“Mau kemana lagi Vicko? Itu jalan buntu!” kataku kepada Vicko yang terjebak di jalan buntu.

Tiba – tiba seseorang memukulku tadi dengan balok kayu, meninjuku dari belakang, aku langsung membalas meninju dan membanting orang itu. Betapa terkejutnya aku setelah melihat wajahnya. Seseorang yang tidak asing lagi untukku, wajah yang begitu aku kenali.

“R…R…Roy?” kataku heran sambil mundur 3 langkah. “Bagaimana bisa lo… sama Vicko?” tanyaku lagi pada Roy.

“Gue butuh uang” jawab Roy singkat sambil bangun.

“Tapi gak gini Roy! Cara lo salah!” bentak gue ke Roy.

“Gue gak peduli!” jawabnya lagi yang dilanjutkan berlari dan melakukan tendangan dengan melompat yang tepat mendarat di kepalaku. Roy berhasil membawa pergi Vicko, aku? Aku berhasil tergeletak sempurna selama 3 menit.

“Bro? gak apa – apa lo?” tanya teman polisi ku yang aku hubungi untuk menjemputku tadi. Aku sudah bisa berjalan walau sempoyongan setelah 3 menit tergeletak akibat tendangan Roy tadi. Aku hanya diam dan masuk ke mobil temanku yang di susul temanku masuk mobil juga dan segera dia membawaku ke kantor polisi.

“Lo gak mau ganti baju dulu? Baju lo kotor gitu, muka lo juga kotor sih, gak mau cuci muka dulu?” tanya temanku lagi membuka keheningan di mobil patroli itu, aku hanya diam menggelengkan kepala. “Ani udah di kantor, ibu yang sama dia tadi masih belum bisa dimintai keterangan, masih diem, masih dalam pengaruh hipnotis Vicko kayanya” lanjut temanku.

“Tom, semua anak buah Vicko yang gue temuin hari ini, teman SMA gue, salah satunya teman yang cukup dekat dengan gue dulu” kataku yang ahirnya membuka percakapan.

“Hah? Serius lo bro?” Jawabnya kaget sehingga mobil yang dikendarainya menjadi sedikit oleng.

“Iya, ini jejak sepatu teman dekat gue dulu nyeplak di muka kiri gue” kataku sambil memperhatikan wajahku di spion mobil.

“Stempel reunian yang bagus bro, hahaha” jawabnya ngasal mecoba menghiburku.

Aku hanya senyum menimpali candaan temanku itu, tak lama kita sampai di kantor polisi. Aku memasuki gedung yang sekilas terlihat tua ini,  aku melihat Ani yang sedang duduk termenung di ujung lorong ruangan ini, seketika dia terbangun dari duduknya menghampiriku.

“Kamu baik – baik aja kan?” tanyanya sambil memegang pipiku.

“Iya, tapi sayang Vicko gagal aku bawa ke sini” jawabku pelan.

“Yang penting kamu baik - baik aja, muka kamu kenapa ini?” tanya Ani lagi sambil memegang bekas jiplakan sepatu Roy tadi.

“Stempel reunian, istirahat di ruangan gue aja yuk bro” kata Tomi teman yang tadi menjemputku di depan pasar.

“Iya, Thanks yah Tom” jawabku pada Tomi sambil mengikutinya ke ruangan miliknya untuk istirahat. “Ani kamu mau kemana?” tanyaku kepada Ani yang malah berjalan ke depan kantor polisi.

“Ke depan sebentar, beli tisu basah buat kamu” kata Ani sambil berjalan menuju kedepan kantor ini.

“Sekalian beliin aku minum Ni” kataku kepada Ani. Ani mengangguk.

Ruangan Tomi cukup luas, namun Tomi harus berbagi dengan 4 rekan lainya di ruangan ini juga, namun di ruangan ini terdapat sova yang cukup nyaman untuk istirahat. Setelah Ani kembali ke ruangan ini dengan air mineral dan tisyu basah, aku menceritakan kejadian tadi kepada Ani sambil membersihkan jejak sepatu Roy di wajahku menggunakan tisu basah.

“Kamu yakin semua yang kamu ceritain itu Fakta?” tanya Ani kepadaku heran.

“Iya, yakin Ni” jawabku tak kalah heran.

“Kamu yakin, semua yang kamu ceritain itu nyata?” tanya Ani lagi.

“Nyata?” jawabku heran.

“Iya, kamu yakin itu nyata Al? yakin ini nyata Al? Al? Al!” tanya Ani agak membentak.

“Iya, ini…..”  belum aku menyelesaikan kalimatku itu aku terduduk melihat tembok biru dengan nafas tidak beraturan, aku mengelap wajahku, aku melihat selimut dan aku terduduk diatas kasur. “Ini tidak nyata” kataku pelan, aku mengusap mukaku lagi lalu bangun menuju kamar mandi.

Minggu, 22 September 2013

Untuk Keluargaku dan Orang disekitarku



Mamah ingat ini aku Aldi Mah
Anak Mamah nomor dua paling GANTENG Mah
Dari dulu aku suka bikin susah Mamah
Pulang sekolah berdarah, dan belepotan Mah
Mamah bilang gak apa-apa
Kamu mesti belajar dari semua kesalahan yang pernah kau buat
Ingat bahwa kamu dinilai dari
Cara kamu menghendel krisis diri sendiri
Semua pelajaranmu dipraktekan untukku
Dari memakai baju sampai ke tali sepatu
Andika, dan Andia pun pasti setuju
Paling enak disuapin pake tangan Mamah
Aku rasa tangan Mamah bumbu ajaib Mah
Paling tidak ada endorvin-nya Mah
Waktu Mamah CERAI aku gak apa-apa
Sama sekali tidak berefek apa-apa
Dari dulu pun aku sudah mengerti
Mungkin memang lebih baik kalau begini
Walau Papah-Mamah bukan pasangan sempurna
Tapi percaya Papah-Mamah tetap orangtua luar biasa

Papah ini Aldi Pah
Aku tahu kadang aku anak yang payah
Disuruh mandi aja paling susah
Disuruh makan malahan lebih parah
Terlahir dikeluarga ini kebangganku
Tiap hari bangun pasti bahagiaku
Dan setelah seharian aku berjibaku
Aku tutup hari kembali ke kekuargaku
Orang bilang dulu aku tidak bermutu
Lelaki pecundang SMP tak naik kelas satu
 Mungkin dulu benar tapi tidak kini
Sekarangku berusaha tuk cari rezeki
Keluarga bikin aku yakin, dan percaya diri
Kalau senyum aku berani kasih liat gigi
Dulu boro-boro coak ini bikin aku susah
Bikin aku krisis percaya diri parah
Tapi Pah yang paling hebat bagiku
Papah maafkan semua kesalahanku
Papah lupakan aku bikin susah Papah
Demi kesalku Papah selalu buatku kembali tertawa

Ya Allah aku Aldi aku hamba-Mu
Yang paling sering malas sholat lima waktu
Kita sering ketemu disholat jumatku
Yang sering berdoa minta ampunan-Mu
Aku sering gak habis pikir tentang Engkau
Karena malas kupikir Kau tak terjangkau
Tapi dari kecil sampai besar kini
Kau manja-manjaku dengan rezeki
Pengen masuk TV, Engkau kabulkan ( Alhamdulillah )
Pengen jadi penyiar, Engkau berikan ( Alhamdulillah )
Pengen kerjaan bagus, Engkau suguhkan ( Alhamdulillah )
Pengen SE setahun aku mulai berlebihan ( Kurang ajar emang )
Tapi mukzizat-Mu yang paling megah
Kau izinkanku tuk jadi seorang putra
Kau berikan kehidupanku penuh makna
Kau berikan keluarga yang luar biasa
Kupeluk Kakakku dirangkulanku
Kurangkul Adikku disampingku
Kuangkat tinggi-tinggi kepala kecilku dalam
Terimakasihku harap Tuhan-ku, Engkau pun tertawa

Andia Suherlandia, Andika Suherlandika dengan adanya kalian
Hidup aku gak akan pernah kesepian
Untuk semua teman-teman yang ada di sekitar gua
Yang banyaknya segambreng, kalau guesebutin satu-satu
Pasti ada aja yang kelewat, kalau gue gak sebutin
Nanti marah lagi sama gue? Jadi lebih baik gue bilang
Terimakasih untuk kalian, karena kalian udah ikut andil
Dalam membentuk gue seperti hari ini.
Bagaimana aku hari ini, itu semua berkat cinta kalian
Maka terimakasih untuk itu semua.



Inspirasi : Pandji Pragiwaksono – Kembali Tertawa