Hanoman Pecicilan

Hanoman Pecicilan

Senin, 29 Desember 2014

SEKELEBAT CAHAYA SENJA



Untukmu yang aku cinta
Kau tahu dunia bukanlah nirwana
Tak semua dan selamanya bahagia
Perih teroyak kejampun ada

Untukmu yang aku katakan rapuh
Tidak, itu tidaklah benar
Kini aku tahu, akulah yang rapuh
Kau begitu hebat, kuat, dan bersinar

Untukmu kupu-kupuku
Kini kau telah menemukan dahan baru
Dahan yang penuh daun, bunga, dan madu
Dahan teduh untuk nanti kau simpan benihmu

Untukmu tamanku yang bercahaya
Aku adalah senja, jinggaku mempercantikmu
Tapi kini malam datang bersama purnama serta cahayanya
Kini jinggaku hilang tak lagi berguna untuk tamanku

Karena aku bukanlah bahagia
Karena  akulah si rapuh jiwa
Karena aku hanyalah daun jingga
Karena aku hanyalah sekelebat cahaya senja.

SENJA, AKU RINDU



Kemana saja kau Senja?
Kenapa kau baru datang lagi?
Kenapa kau belakangan ini bersembunyi?
Aku tahu kau bersembunyi di balik awan kelabu
Aku rindu kau Senja, sangat rindu
Ada banyak cerita yang ingin kubagi denganmu.

Angin, mana Senjaku?



Angin, hentikan semua ini!
Berhenti sekarang juga Angin!
Tak kuat lagi aku menahan ini!
Kabar darimu buatku lumpuh!

Kembalikan Tamanku!
Kembalikan Kupu-Kupuku!
Kembalikan Ranting rapuhku!
Kembalikan Senjaku!

Jika kau tak dapat mengembalikan
Kau milikku sekarang, Angin.

VINYL



Kuharap kau Jamur
Ya, jamur dalam piringan hitam
Jamur menyebalkan buat musikku jelek
Akan kuhilangkan kau jamur menyebalkan

Enyah kau dari piringan hitamku
Kini musikku sempurna kembali
Kini kupandang putaran sempuna piringan hitam
Ah, andai semudah itu menghilangkan kenangan

Selasa, 05 Agustus 2014

Hai, saya Al. berada dalam keluarga yang sudah bercerai


“Selamat malam, gue Al, Terimakasih!!” Teriakku menutup pertunjukan ini, dihadapan sekitar 500 penonton aku masih terpaku berdiri dengan mengangkat tangan kananku ke udara yang masih menggenggam erat microphone, gemuruh tepuk tangan terdengar seketika mengiringi senyumku yang masih terpaku diatas panggung, segera aku berikan hormat dan membalikan badan untuk segera meninggalkan panggung sebelum penonton yang banyak di depan melihat air mataku yang sejak tadi sudah tergenang di sudut mata ini.
Tepuk tangan masih aku dengar di ujung tangga turun panggung ini, kuserahkan microphone kepada salah satu kru dan seketika aku memeluk teman comic yang sudah tampil sebelumku tadi di backstage, bukan, aku menangis bukan karena banyaknya penonton atau besarnya acara ini, tapi aku memang selalu menangis setelah stand up comedy. Ya, barusan aku baru saja selesai stand up comedy dan untuk kesekian kalinya aku menangis di backstage, selalu aku teringat hal terburuk yang terjadi dalam hidupku sesaat setelah show besar aku selesaikan, hal terburuk yang membuat aku mencintai dunia stand up comedy ini, dunia yang bisa membuat aku dan orang – orang di depanku tertawa bersama melupakan semua kejadian buruk dan semua kesedihan.
Tiga tahun yang lalu, tepat di hari pernikahan kakak-ku kedua orangtuaku bercerai, setelah siangnya mendampingi kakak-ku di resepsi pernikahannya, semua orang terkejut pastinya, aku, kakak-ku juga pasti, adik-ku, bahkan semua anggota keluarga besar yang sedang kumpul setelah menghadiri resepsi pernikahan kakak-ku, tapi sudah tidak ada yang bisa di perbuat lagi setelah ayahku menjatuhkan talaknya kepada ibu, ya malam itu adalah malam dengan hal buruk yang aku alami, sejak malam itu juga aku resmi menjadi anak broken home, aku memilih tinggal bersama ayah, sedangkan ibu memilih keluar dari rumah yang kita tempati selama ini.
Bohong jika aku bilang “ah biasa aja” setelah berpisahnya kedua orangtuaku. Aku hancur sehancur hancurnya, aku rapuh serapuh rapuhnya, di saat ini lah anak broken home mudah tersesat ke jalan yang sesat, tidak munafik aku pernah merokok dan minum alkohol, tapi sebelum aku jatuh lebih jauh ke jurang setan, Tuhan memberikanku setitik cahaya, dan setitik cahaya itu adalah stand up comedy, dengan stand up comedy Tuhan menunjukan tidak semua anak broken home adalah anak yang gagal, Tuhan pun menunjukan bahwa broken home bukanlah alasan untuk gagal. Dengan stand up comedy aku kembali menemukan keceriaan yang selama ini hilang, membuat aku melupakan sejenak keterpurukan yang ada, stand up comedy juga yang membuat aku kembali mengumpulkan mimpi mimpi kecil yang selama ini aku lupakan, sedikit demi sedikit mimpi mimpi kecil itu mulai terwujud. Terimakasih Tuhan, Engkau telah memberikan satu jalan yang terbaik dalam hidupku.
Untuk kedua orangtuaku, aku tidak akan pernah bisa membenci kalian, bagaimanapun kalian adalah potongan cinta yang dapat menyempurnakan hatiku ini, Tuhan telah menunjukan biarpun kalian bukan contoh pasangan yang sempurna, tapi aku akan belajar dari kalian bagaimana menjadi orangtua yang luar biasa kelak.


BROKEN HOME BUKAN ALASAN UNTUK GAGAL  - Tuan Aldi Suherlandi –