“Selamat malam, gue Al,
Terimakasih!!” Teriakku menutup pertunjukan ini, dihadapan sekitar 500 penonton
aku masih terpaku berdiri dengan mengangkat tangan kananku ke udara yang masih
menggenggam erat microphone, gemuruh tepuk tangan terdengar seketika mengiringi
senyumku yang masih terpaku diatas panggung, segera aku berikan hormat dan
membalikan badan untuk segera meninggalkan panggung sebelum penonton yang
banyak di depan melihat air mataku yang sejak tadi sudah tergenang di sudut
mata ini.
Tepuk tangan masih aku
dengar di ujung tangga turun panggung ini, kuserahkan microphone kepada salah
satu kru dan seketika aku memeluk teman comic yang sudah tampil sebelumku
tadi di backstage, bukan, aku menangis bukan karena banyaknya penonton atau
besarnya acara ini, tapi aku memang selalu menangis setelah stand up comedy.
Ya, barusan aku baru saja selesai stand up comedy dan untuk kesekian kalinya
aku menangis di backstage, selalu aku teringat hal terburuk yang terjadi dalam
hidupku sesaat setelah show besar aku selesaikan, hal terburuk yang membuat aku
mencintai dunia stand up comedy ini, dunia yang bisa membuat aku dan orang –
orang di depanku tertawa bersama melupakan semua kejadian buruk dan semua
kesedihan.
Tiga tahun yang lalu,
tepat di hari pernikahan kakak-ku kedua orangtuaku bercerai, setelah siangnya
mendampingi kakak-ku di resepsi pernikahannya, semua orang terkejut pastinya,
aku, kakak-ku juga pasti, adik-ku, bahkan semua anggota keluarga besar yang
sedang kumpul setelah menghadiri resepsi pernikahan kakak-ku, tapi sudah tidak
ada yang bisa di perbuat lagi setelah ayahku menjatuhkan talaknya kepada ibu,
ya malam itu adalah malam dengan hal buruk yang aku alami, sejak malam itu juga
aku resmi menjadi anak broken home, aku memilih tinggal bersama ayah, sedangkan
ibu memilih keluar dari rumah yang kita tempati selama ini.
Bohong jika aku bilang “ah
biasa aja” setelah berpisahnya kedua orangtuaku. Aku hancur sehancur hancurnya,
aku rapuh serapuh rapuhnya, di saat ini lah anak broken home mudah tersesat ke
jalan yang sesat, tidak munafik aku pernah merokok dan minum alkohol, tapi
sebelum aku jatuh lebih jauh ke jurang setan, Tuhan memberikanku setitik
cahaya, dan setitik cahaya itu adalah stand up comedy, dengan stand up comedy Tuhan
menunjukan tidak semua anak broken home adalah anak yang gagal, Tuhan pun
menunjukan bahwa broken home bukanlah alasan untuk gagal. Dengan stand up
comedy aku kembali menemukan keceriaan yang selama ini hilang, membuat aku
melupakan sejenak keterpurukan yang ada, stand up comedy juga yang membuat aku
kembali mengumpulkan mimpi mimpi kecil yang selama ini aku lupakan, sedikit
demi sedikit mimpi mimpi kecil itu mulai terwujud. Terimakasih Tuhan, Engkau
telah memberikan satu jalan yang terbaik dalam hidupku.
Untuk kedua orangtuaku,
aku tidak akan pernah bisa membenci kalian, bagaimanapun kalian adalah potongan
cinta yang dapat menyempurnakan hatiku ini, Tuhan telah menunjukan biarpun
kalian bukan contoh pasangan yang sempurna, tapi aku akan belajar dari kalian
bagaimana menjadi orangtua yang luar biasa kelak.
BROKEN HOME BUKAN
ALASAN UNTUK GAGAL - Tuan Aldi
Suherlandi –
Tidak ada komentar:
Posting Komentar