Hanoman Pecicilan

Hanoman Pecicilan

Jumat, 26 April 2013

KOTAK KACA


Kotak Kaca adalah sebuah kotak transparan, dan jika itu diberi lubang kau bisa memasukan apa saja dalam kotak tersebut. Kau juga bisa menghiasnya sekreatif mungkin. Kotak kaca bisa saja kau temukan di mana-mana, banyak diperhatikan manusia, banyak diacuhkan manusia juga. Banyak juga yang mengisi kotak kaca itu dengan kebaikan, namun tidak sedikit juga yang mengisi kotak itu dengan kejelekan.
                Sekarang gue akan mengibaratkan kita sebagai kotak kaca, kita, iya kita sebagai orang yang bekerja di dunia hiburan (artis), dunia dimana semua orang akan memperhatikan kita dengan detail, orang yang perduli dan tidak perduli. Kita ibarat kotak kaca, jika kita hias dengan kreatifitasan kita bisa di perhatikan orang banyak, juga kebalikannya jika polos orang akan malas meliriknya. Kita bagai kotak kaca dengan lubang, jika orang memasukan uang akan terlihat berapa uang yang berda di sana, sama seperti orang memberikan kita pujian, akan terlihat pujian – pujian itu terpacar dari wajah kita. Namun jika orang memasukan kotak kaca itu dengan kertas dan struk belanjaan akan terlihat juga, begitu juga orang yang menjelekan ataupun memberikan kritikan akan terlihat juga dari wajah kita. Bagai mana menutupi kertas dan struk belanjaan itu? Hiaslah kotak dengan kekreatifan sehingga lebih diperhatikan  orang banyak yang akan memasukan kebaikan (uang) maka kertas dan struk belanjaan itu akan tertutupi, sama seperti manusia jika mendapat masukan kejelekan atau kritikan, kita harusnya mengembangkan kreatifitas kita sehingga keburukan yang di lihat orang yang memberikan kritikan itu akan tertutup dengan kreatifitas kita. Kotak Kaca tidak bisa menolak apa yang akan dimasukan oleh siapapun yang lewat, begitu juga kita, kita tidak bisa menolak sapapun orang akan menilai kita dan memberikan masukan apa? Pujian atau kritikan.
                Intinya kita tidak bisa menolak apaun penilaian siapapun orang terhadap kita, pujian? Terima. Kritikan? Terima dan perbaki. Itulah kita, itulah kita yang hidup di dunia hiburan (artis). Semua masukan dari berbagai elmen apapun terima saja, kita tidak bisa menolaknya. Kritikan itu datang langsung, maupun tidak langsung melalui Surat, E-Mail, SMS, BBM, WhatsUp, Kakao Talk, Friendster, FaceBook, Twitter apapun, dan dari siapapun, keluarga, teman, sesama artis, pacar, istri, Eyang Subur, Farhat Abas, Arya Wiguna, Presiden, Perdana Mentri, siapapun. Kita harus siap menerimanya. Kalau kita tidak dapat menerima kritikan dari salah satu unsur saja, udah gausah jadi Artis!!  

Rasa Tidak Enak Akan Selalu Tidak Enak


Bandung  - Jakarta, 2 kota dengan jarak yang tidak begitu jauh, hanya terlampau 1 – 1,5 jam saja. Apa yang akan aku tulis kali ini? Ini dia.
Semua berawal 21 April 2013 tepat di hari Kartini akupun mendaratkan kaki di kota Kembang Bandung untuk menonton rangkaian Final 3GP tour milik @GePamungkas. Sama seperti biasa hal yang aku lakukan di Bandung adalah langsung menuju kostan @TamaRandy untuk menginap di sana. Bandung terasa beda kala itu, terlebih ketika Tama mengajakku untuk berkeliling di Dago (Car Free Day) pagi yang cerah, suasana yang ramah, dan juga Suasana tempat favorit ku di Bandung. Taman Cikapayang, memang jauh berbeda dari kala itu, sekarang Taman Cikapayang Rame, dipenuhi orang yang berkumpul pada event salah satu Radio terkenal di Bandung.
Saat yang di nanti tiba, pukul 16.45 dengan mantap aku melangkahkan kaki masuk kedalam Saung Angklung Udjo dimana 3GP Tour akan dilaksanakan. Ini adalah ke4 kalinya aku menonton 3GPtour, setelah Depok, Serang (di  Serang aku sebagai Opener juga), dan juga Cirebon. Bukan hanya 3GP Tour yang aku tunggu, melainkan sosok wanita yang kukagumi keberadaannya. Sebut saja dia Ririn. Kedatangannya yang kunanti, kekaguman yang ku rasa, suka yang melanda (agak lebay) mendadak teracuni dengan kejadian setelah 3GP Tour usai diselenggarakan. Namun rasa Rindu dapat mengalahkan semua, setelah ke-sakit hati-an ini (bahasanya mulai semakin lebay) aku memutuskan untuk menemuinya keesokan harinya.
Dapur Ndeso daerah Setiabudi menjadi tempat bertemunya kita, setelah kita makan dan berbincang banyak, kitapun bergegas menuju BIP untuk menemui salah satu teman kita, sebut saja namanya Mustika, dan Zack dengan niat ingin menonton, namun karena ada kendala yang sulit aku jelaskan di sini kitamun memutuskan pulang, singkat cerita di perjalanan pulang, daerah Pasteur mobil Zack yang kita tumpangi tanpa sengaja menabrak motor yang sedang melaju kencang. Kecelakan terjadi, kondisi mobil saat itu rusak parah, namun masih bisa di perbaiki. Setelah kecelakaan itu terjadi kitapun menuju rumah Mustika, setelah beristirahat, kita makan, Mustika bersiap untuk pergi ke Jakarta keesokan harinya untuk pekerjaan, dan cerita Tidak Enak akan Selalu menjadi Tidak Enak dimulain di sini.
Zack yang tidak lain adalah mantan dari Mustika ngotot ingin mengantarkan dan menemani Mustika di Jakarta selama 3 hari. Mustika meminta tolong kepada aku dan Ririn untuk menemani Zack selama diperjalanan karena Mustika berangkat menggunakan Travel yang sudah di pesan oleh perusahaannya, karena perasaan Tidak Enak terhadap teman ini dapat mengalahkan Urusan Pribadi. Seharusnya keesokan harinya aku sudah mulai bekerja karena sudah tidak masuk 1 hari. Dengan rasa Tidak Enak, dan dengan perhitungan asal-asalan aku bisa datang siang ke kantor besok. Akupun mengiyakan permintaan tolongnya. Segera berangkatlah aku bersama Zack menuju rumahnya untuk memperbaiki kerusakan mobilnya, juga beristirahat untuk perjalanan besok.
Pagi pun tiba, kami pun bergegas  untuk melakukan perjalanan menuju Jakarta, tidak lupa sebelum berangkat aku dan Zack menjemput Ririn, iya inilah salah satu aku mengiyakan permintaan Mustika, karena Ririn ikut. Perjalanan aman dan lancar terkendali, sampailah kita di Jakarta, namun karena macet dan sampai agak siang, akupun tidak bisa memaksakan untuk pulang dan bekerja, kembali lagi aku bolos kerja, tak apalah setidaknya aku bisa bersama dan berdekatan dengan Ririn saat itu. Setelah bertemu Mustika di salah satu tempat dan langsunglah kita menuju Mall dimana acara Mustika dengan perusahaannya. Setelah nyasar berkali-kali, nanya sana nanya sini, akhirtnya kitapun sampai di tempat tujuan yang membuatku tertawa dan mengatakan “Ini sih tempat gue di sasarin sama sopir Taksi waktu Shooting! Hahaha”. Setelah sampai tugas kita bertiga (aku, Ririn, dan Zack) menunggu Mustika sampai selesai acara jam 5 Sore, dan sekarang baru jam 9 Pagi. Kita bertiga pun memutuskan mencari makan, karena aku dan Zack belum sarapan sama sekali, sialnya semua tempat makan belum buka, dan baru buka jam 11 siang kitapun menunggu lagi. Setelah mendapatkan makan Zack memutuskan untuk tidur di mobil. Aku dan Ririn hanya menghabiskan waktu di salah satu Mall sambil menunggu jam 5 sore tiba.
Kita persingkat lagi ceritanya samapi jam 5 tiba. Mustika turun menuju mobil dimana kita bertiga sudah menunggunya.  Segeralah kita mencari hotel dimana Mustika akan menginap, dan seperti tadi pagi. Mobil kitapun nyasar berkali-kali, berkali-kali nanya, dan berkali kali juga kita nyasar, sampai pada akhirnya Ririn mulai rungsing, berbisik berkali-kali kepadaku “aku mau pulang”. Aku hanya bisa mengelus-elus rambutnya dan berkata “sabar yah” sampai dimana Ririn lelep tidur di pangkuanku, aku cape, benar benar capek, tapi rasa capek itu hilang ketika melihat wajah Ririn yang selalu kurindukan sekarang berada tepat di depanku. Setelah 3,5 jam nyasar kitapun menemukan hotel tujuan. Dengan segera kita semua mandi dan bersiap untuk pulang.
Zack ahirnya mengantarkan aku dan Ririn menuju Kp. Rambutan untuk pulang. Sesampainya di sana sial lagi datang. Ririn yang akan pulang menuju Bogorpun kehabisan Bis. Begitu juga aku yang ingin pulang menaiki bis merak sudah tidak ada lagi sampai jam 3 pagi nanti. Namun titik cerah untuk Ririn datang. Ada teman lamanya yang menjemput dia dari Bogor, dan aku? Aku terpaksa menuju Slipi, menunggu bis menuju Merak disana menggunakan Taxi. Sebelum pulang aku melihat Ririn yang begitu lelah dan badannya yang lemas, kita memutuskan makan dulu sebelum pulang ke kota masing masing, Ririn yang terlihat lemah makan dengan aku menyuapinya, senang rasanya bisa menyuapi Ririn makan.
Waktunya pulang tiba. Waktunya aku dan Ririn pun berpisah, kembali ke rutinitas seperti biasa. Dan semua kejadian pasti ada yang bisa diambil. Ketulusan kita menolong teman suatu saat akan kembali, di saat kita membutuhkan, teman pasti akan dapat menolong kita. Itulah gunanya teman, dan Ririn, aku senang seharian bersamamu.