Hanoman Pecicilan

Hanoman Pecicilan

Selasa, 18 Juni 2013

Review 3 Buku Pandji Pragiwaksono


Review Buku Pandji Pragiwaksono I : Nasional. Is. Me
            Buku Nasional. Is. Me adalah salah satu buku favorit dari deretan buku yang saya miliki di kamar. Cover merah gelap membuat kesan tersendiri dibanding buku buku lain, awalnya saya mengira Buku Nasional. Is. Me berisi tentang para pahlawan dari zaman dahulu hingga zaman sekarang, ternyata bukan hanya itu saja, Buku Nasional. Is. Me menceritakan penuh tentang Indonesia dan tentang rasa nasionalisme dalam diri terhadap Indonesia.
            Buku Nasional. Is. Me mengajarkan banyak hal, antara lain bagaimana kita harus mengenal, mendalami, dan mencintai juga berbuat sesuatu untuk Indonesia. Dari buku ini hal yang membuat saya kurang puas adalah Design cover yang sederhana dan tidak adanya pembatas baca, untuk saya buku sebaik Nasional. Is. Me yang isinya jauh dari kata sederhana sangat disayangkan menggunakan Design cover yang sederhana. Tapi dibalik cover yang sederhana ini buku ini telah berhasil mengajarkan “Don’t jude a book by the cover” hehehe. Bahan kertas buram dan foto tidak berwarna (foto hitam putih) juga saya sayangkan untuk buku sebagus ini.
            Isi buku Nasional. Is. Me Begitu luar biasa mengunggah hati untuk mengenal, mendalami dan mencintai juga mengenal lebih jauh tentang Indonesia, di Bab “Dari Sabang Sampai Merauke” merukakan Bab favorit saya, Pandji Pragiwaksono dengan kampretnya menceritakan kota – kota di kepulauan Indonesia begitu epic sehingga saya yakin siapapun yang membaca bukunya ingin datang ke kota yang diceritakan dalam Bab ini. Saya juga adalah korban dari Bab “Dari Sabang Sampai Merauke”, selah 2 minggu setelah saya membaca buku ini saya langsung mendatangi kota Jogjakarta karna penasaran dengan apa yang diceritakan oleh Pandji Pragiwaksono, dan sejak itu saya berencana mengelilingi Pulau Jawa sebagai awal saya menuju keliling Indonesia, kota yang sudah berhasil saya datangi antara lain selain Jogjakarta adalah Depok, Sukabumi, Bandung, Jakarta, Cianjur, Cirebon, Bogor dan lainnya.
            Dari Bab yang sama “Dari Sabang Sampai Merauke”, saya mengagumi ketika Pandji Pragiwaksono menceritakan tentang Jayapura, kebanyakan orang termasuk saya ketika mendengar kata Jayapura yang ada dipikiran kita adalah orang berkulit gelap, telanjang dada, koteka, dan terbelakang, namun seperti yang saya katakan tadi Pandji bisa menulis dengan kampretnya sehingga menjadi begitu epic, saya yang membacanya menjadi ingin pergi ke Jayapura, tulisan yang membuat saya ingin mendatangi Jayapura adalah “Kalau Anda bertemu dengan orang Papua, beri senyum dan sapa mereka, saya JAMIN senyum balasan dari mereka tiga kali lebih lebar dari senyum Anda”.
            Bab lain yang dapat mengunggah hati untuk berbuat sesuatu bagi Indonesia adalah Bab “Dari Nasional. Is. Me Sampai Patriot. Is. Me”, part yang menceritakan tentang Oke Rosgana yang sukses di kancah dunia dengan passionnya di dunia Yoyo, dan yang paling mengejutkan adalah Goerge Saa, putra Papua yang menjadi juara dunia Fisika. George Saa berhasil menemukan passionnya di dunia fisika dan itu yang membuat saya tergugah hati “masak putra Papua aja bisa, gue yang putra Banten gak bisa?”. Di part lain ada hal yang membuat saya hampir meneteskan air mata dan membuat saya berkata “Oh My God!”yaitu di part #Bolbal, hanya karena manusia yang tidak bertanggung jawab  yang kita sebut Teroris dengan dalil - dalil agama, semua lapisan masyarakat terkena dampaknya. Saya begitu terharu ketika pedagang kaos Tour MU ke Indonesia nyaris mengalami kebangkrutan karena Tim MU gagal ke Indonesia, iya siapa yang mau beli kaos Tour MU kalau MUnya gak dateng. Beruntung Indonesia memiliki Glen Marsalim yang berhasil menggagalkan juga kebangkrutan pedagang kaos Tour MU. Dengan epic Pandji Pragiwaksono menuliskan kisah tersebut sehingga dapat menyentuh hati.
            Buku Nasional. Is. Me sangat membantu untuk lebih mengenal, mendalami, dan mencintai Indonesia dengan kumplit. Review buku Nasional. Is. Me ini saya tutup dengan kata yang sama di buku Nasional. Is. Me.
            Hiduplah Indonesia Raya.



Review Buku Pandji Pragiwaksono II : Merdeka Dalam Bercanda
            Merdeka Dalam Bercanda merupakan buku Pandji Pragiwaksono yang pertama saya miliki, sebuah buku perjalanan Stand Up Comedy di Indonesia dan pengalaman Pandji di dunia Stand Up Comedy. Buku ini juga sangat berpengaruh untuk saya sebagai comic baru untuk jauh lebih mengenal apa itu Stand Up Comedy.
Buku Merdeka Dalam Bercanda begitu menarik dengan design cover yang sangat menunjukan perjuangan yang sesuai dengan isi bukunya mengenai perjuangan Pandji Pragiwaksono mengenalkan Stand Up Comedy kemada masyarakat Indonesia. Buku yang jauh berbeda dari Nasional. Is. Me ini menggunakan fullcolor pada design cover dan isi bukunya, juga mendapatkan pembatas baca dengan bentuk unik berbentuk kepalan tangan yang sama dengan gambar pada cover.
Buku ini benar – benar menggambarkan bagaimana Stand Up Comedy muncul dan berkembang di Indonesia. Dibuku ini juga saya sebagai pembaca dapat mengenal banyak siapa saja pelaku dan pahlawan Stand Up Comedy yang begitu gigih mengenalkan dunia Stand Up Comedy, buku yang berisi penuh foto berwarna ini berhasil juga membuktikan kalau Stand Up Comedy sudah sangat berkembang di Indonesia, ini dibuktikan disalah satu halaman yang berisi daftar nama – nama komunitas Stand Up Comedy di daerah daerah seluruh Indonesia. Selain itu buku ini juga membahas banyak Event Stand Up Comedy yang pernah diselenggarakan oleh Komunitas @StandUpIndo, mulai dari event amal hingga Event kompetisi Stand Up Comedy terbesar se-Indonesia (Stand Up Street).
Buku ini juga tepat sebagai pegangan untuk comic baru karena dapat membimbing comic baru seperti saya untuk menjadi comic profesional, buku ini berisi tekhnik dalam Stand Up Comedy yang dijelaskan di Bab “Tekhnik Bertarung”, dalam Bab ini berisi penuh bagaimana cara menggunakan tekhnik dalam Stand Up Comedy, juga ada Bab yang berisi bagaimana cara berlatih menjadi comic profesional yang dijelaskan pada Bab “Menjadi yang Terbaik”. Dan yang paling seru adalah Pandji Pragiwaksono memberikan contoh berlatih dengan membagi pengalamannya, mulai dari Stand Up Comedy diacara yang salah sehingga menjadi tidak lucu (bomb) sampai berhasil membuat Stand Up Spesial pertama di Indonesia dan Pandji Pragiwaksono berhasil Stand Up Comedy selama 1 jam 15 menit yang diberi nama Bhineka Tunggal Tawa.
Pandji Pragiwaksono lah yang menjadi pelopor untuk comic – comic lainnya untuk membuat Stand Up Spesial juga. Saya tutup Review buku Merdeka Dalam Bercanda ini dengan kata.
Viva La Komtung!


 
Review Buku Pandji Pragiwaksono III : Berani Mengubah
            Buku Berani Mengubah ini adalah lanjutan dari buku Nasional. Is. Me. Namun menurut saya setelah membacanya buku ini adalah bukan lanjutan buku Nasioan. Is. Me, melainkan buku baru Pandji Pragiwaksono. Menurut saya buku Berani Mengubah berbeda dengan buku Nasional. Is. Me, buku ini jauh lebih serius dan lebih berbobot, bisa dibuktikan dari adanya kotak AKSI PERUBAHAN disetiap akhir Bab.
Untuk Buku Berani Mengubah menurut saya mengalami penurunan, seperti mengulang buku Nasional. Is. Me, buku ini lebih menyederhanakan design cover dan kembali dengan halaman tidak berwarna (tidak seperti Merdeka Dalam Bercanda). Beberapa hal yang membuktikan lebih seriusnya dan lebih berbobot buku ini dengan terbukti hanya ada 1 halaman yang memiliki gambar atau foto (tidak berwarna) dari 195 halaman.
Jika dalam buku Nasioal. Is. Me sudah berhasil mengajak pembacanya untuk mengenali Indonesia lebih dalam, buku Berani Mengubah berisi lebih personal, berisi untuk bagaimana kita bisa berbuat sesuatu untuk memajukan Indonesia dari berbagai aspek yang kita sukai. Kata kata penekanan yang berada di kotak merah sangat membantu untuk ajang belajar. Buku ini juga sangat membantu untuk memahami dan menemukan passion apa yang cocok untuk para pembaca.
Buku ini juga bisa jadi ajang belajar yang serius ketika memilih passion yang cocok bagi pembaca untuk memajukan Indonesia, ini terbukti dari tiga Bab diawal yang berjudul “Belajar Politik”, “Belajar Hukum”, “Belajar Ekonomi”. Pandji Pragiwaksono kembali benar benar mengajak membuat perubahan untuk Indonesia masih dengan slogan “Sulit, tapi pasti bisa”. Pandji juga mengajarkan bagaimana merubah Indonesia dengan passion yang disukai.
Pada Bab “Mendunia” ini menjadi Bab favorit saya, Bab ini hampir sama dengan Bab “Dari Nasional. Is. Me sampai Patriot. Is. Me” di buku Nasional. Is. Me, Bab ini diawal menceritakan orang Indonesia yang sukses di passionnya dan membanggakan Indonesia seperti Chris John yang memiliki kasus ajaib karena belum ada petinju dunia yang mempertahankan gelarnya selama dia. Juga ada musisi Indonesia seperti Jogja Hiphop Fondation, White Shoes and The Couples Company, juga Balawan yang sering diundang oleh masyarakat luar negeri, ada juga The S.I.G.I.T dan The Upstairs yang begitu diapresiasi oleh musisi dunia, ada juga Harry Dharsono yang merupakan Designer baju dari Lady Diana lalu Pandji melanjutkan tulisannya dengan ajakan ajakan menggugah hati agar mendapatkan dorongan untuk bisa merubah Indonesia dimata Dunia.
Namun entah karena buku ini lebih berbobot saya menemukan tata bahasa yang cukup sulit dimengerti oleh orang awam, tapi dibuku ini juga Pandji mengajak pembaca sebagai warga negara Indonesia untuk saling membantu dan saling menghargai satu sama lain. Di Bab yang berjudul “Bersatu Bukan Jadi Satu” Pandji menuliskan banyak perbedaan pada masyarakat Indonesia yang membuat kita sulit bersatu, salah satunya perbedaan Agama dan pandangan. Yang sangat menarik dalam Bab ini adalah adanya wawancara Pandji dengan Ateisme, namun hebatnya Pandji  ketika wawancara tersebut Pandji sama sekali tidak menyudutkan Ateisme, itu malah menjadi sharing yang luar biasa bermakna. Dari bab ini juga Pandji seperti memberitahu bagaimana menjadi pemimpin yang baik, seperti penggalan tulisannya di halaman 137 yang berisi “Pemimpin yang baik akan mengungkap fakta sebanyak-banyaknya, memberikan pilihan seluas-luasnya”. Saya rasa presiden pun harus baca buku ini, supaya bisa memimpin Indonesia dengan lebih baik lagi.
Saya akhiri review buku Berani Mengubah ini dengan kalimat, “Setelah saya membaca buku Berani Mengubah, saya akan Berjuang!”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar